Senin, Desember 23, 2024
BerandaBerita TerkiniGus Men dan...

Gus Men dan Ijtihad Inovatif Keberhasilan Ibadah Haji

JIHAD yang dilakukan jamaah haji selama berada di tanah suci telah berakhir dan sebagian jamaah haji tergabung dalam kloter pertama telah tiba di tanah air. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyambut kepulangan Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Debarkasi Jakarta yang telah tiba di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, pada Minggu (23/06/2024) dini hari.

Sejarah telah mencatat bahwa jamaah haji Indonesia merupakan jumlah terbesar di sepanjang sejarah, yakni sebanyak 241.000 orang. Kementrian Agama dibawah nakhoda Gus Men (H Yaqut Cholil Qoumas) tahun ini dalam penyelenggaraan haji Indonesia tidak berlebihan dicatat dengan tinta emas sebagai salah satu penyelenggaraan haji paling sukses sepanjang sejarah.

Berdasarkan catatan dan informasi penulis himpun dari petugas haji dan pihak Kemenag yang berkompeten dalam pelaksanaan ibadah haji, menunjukkan bahwa pelaksanaan ibadah haji 1445 H/2024 M berjalan dengan sangat baik. Tentunya usaha dan kinerja Kementerian Agama RI layak diapresiasi, di tengah cuaca ekstrem di Arab Saudi yang mencapai 48 derajat Celsius, belum lagi jumlah jemaah haji Indonesia tahun ini mencapai 241.000 orang, merupakan jumlah jemaah terbesar dari yang pernah ada.

Jumlah ini termasuk kuota tambahan sebesar 20.000 jamaah, yang terdiri dari 10.000 kuota untuk jamaah haji reguler dan 10.000 untuk jamaah haji khusus. Indonesia menjadi negara dengan jumlah kuota jamaah haji terbesar di dunia, disusul oleh Pakistan, India, Bangladesh, dan Iran. Karena banyaknya jumlah jamaah tersebut perlu kerja keras dan inovasi-inovasi demi menciptakan kenyamanan jamaah sehingga pada akhirnya ibadah haji berjalan aman, lancar dan sukses serta mabrur.

Kementerian Agama sebagai leading sector sudah menunaikan pelayanan maksimal dengan menyiagakan para petugas haji untuk melayani berbagai hajat jamaah, khususnya kelompok lanjut usia (lansia) dan kaum difabel.

Tentunya semua proses pelaksanaan dan penyelenggaraan ibadah haji dapat berjalan dengan baik bahkan dari 241.000 orang tersebut terdapat sekitar 41.000 orang di antara jamaah haji merupakan kelompok lansia. Hal ini membuat pemerintah masih mempertahankan tagline ramah lansia sebagai visi lanjutan dari rangkaian penyelenggaraan haji di tahun 2023.

Tentunya dibawah kepemimpinan Gus Men, Kemenag senantiasa melakukan tajdid (pembahruan) dan terus berinovasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para jemaah haji Indonesia. Dengan berbagai keterbatasan sarana dan prasarana dari pemerintahan Arab Saudi. Berbagai inovasi yang diterapkan pada penyelenggaraan haji tahun ini memberikan dampak positif yang signifikan.

Baca juga:  DPP Papera Kunjungi Pasar Grand Garden, Bahas Solusi Masalah Pedagang

Berdasarkan informasi dan catatan penulis, diantara indikator keberhasilan haji tahun ini didukung oleh beberapa inovasi yang dilakukan Kemenag di bawah kepemimpinan Gus Men. Diantaranya, pertama,AKH (Aplikasi Kawal Haji).

Aplikasi ini merupakan sebagai bentuk upaya keterbukaan dalam pengelolaan haji di ranah publik. Dalam aplikasi tersebut ada aturan dan mekanisme yang disiapkan terkait penerimaan pengaduan, durasi, dan tindak lanjut terhadap aduan.

Aplikasi Kawal Haji sangat membantu proses identifikasi masalah dan penanganannya secara cepat dan tepat. Aplikasi Kawal Haji hadir dengan dua fitur utama yang sangat bermanfaat bukan hanya bagi jamaah, namun juga bagi petugas.

Pertama, aplikasi ini memungkinkan pelaporan berbagai masalah terkait layanan konsumsi, akomodasi, dan transportasi, serta membantu jika ada jamaah yang terpisah dari rombongan atau lupa jalan kembali ke penginapan.

Kedua, aplikasi ini memiliki fitur deteksi lokasi dan pergerakan jamaah, yang sangat berguna untuk menemukan jamaah yang tersesat.

Inovasi ini tentu meneguhkan komitmen Kementerian Agama dalam melindungi jemaah haji di Tanah Suci, melengkapi sistem perlindungan yang sebelumnya dilakukan secara offline dengan menempatkan petugas di titik-titik strategis.

Selain itu, akses layanan informasi juga disediakan melalui WA Center dan kanal aduan Pusaka SuperApps. Keberadaan AKH ini juga dapat digunakan oleh para jemaah haji Indonesia untuk memberikan berbagai aduan, keluhan yang dirasakan oleh jemaah haji, yang selanjutnya secara cepat dapat direspons dan diselesaikan oleh petugas haji.

Tentunya dengan adanya aplikasi Kawal Haji menjadi salah satu solusi untuk mempercepat penanganan keluhan jemaah haji Indonesia. Aplikasi Kawal Haji juga merupakan bentuk pelibatan jemaah haji dalam rangka perbaikan layanan haji Indonesia.

Kedua, Kebijakan Murur. Tahun ini Kemenag dengan ijtihadnya dalam penerapan skema murur yang khusus diterapkan untuk jemaah lansia dan mereka kesehatannya berisiko tinggi.

Skema ini dirancang untuk memberikan kenyamanan dan keselamatan ekstra bagi jamaah yang membutuhkan perhatian lebih. Dengan adanya skema ini, jemaah dapat menjalani rangkaian ibadah dengan lebih lancar dan tanpa kendala berarti.

Keberadaan ijtihad ini tentunya sebagai bentuk dalam mengatasi problem empirik ibadah haji saat ini. Prosesi haji di Muzdalifah merupakan titik krusial dimana, area Muzdalifah merupakan kawasan yang paling sempit dibanding Arafah dan Mina, tidak tersedianya tenda bagi para jamaah, serta merupakan kawasan yang disinggahi oleh seluruh jemaah haji dari berbagai dunia, yang menyebabkan kepadatan arus lalu lintas, ditambah lagi kondisi malam hari.

Baca juga:  DPP Papera Kunjungi Pasar Grand Garden, Bahas Solusi Masalah Pedagang

Keberadaan skema murur menjadi solusi yang menggembirakan di tengah terbatasnya ruang di Muzdalifah yang semakin sempit dan berpotensi menyebabkan kepadatan yang luar biasa, dan apabila dibiarkan akan membahayakan jemaah.

Menalaah dari perspektif syariat, skema murur juga dapat dipandang sebagai ikhtiar yang memiliki relevansi semangat mendasar dalam beribadah atau sesuai dengan maqashid al-Syariah yakni Hifz AL-Nafs yang mengutamakan kesehatan dan keselamatan jamaah haji terutama jamaah dengan potensi resiko gangguan kesehatan tinggi seperti kelompok lanjut usia (lansia) dan kelompok penyandang disabilitas.

Ini merupakan suatu terobosan kebijakan yang tidak hanya inovatif melainkan juga selaras dengan kaidah al-Muhafadzatu ala Qadim al Shalih wal Akhdu bi al-Jadid al-Ashlah. (Memelihara yang lama yang masih baik dan mengambil yang baru yang lebih baik).

Skema murur sendiri juga merupakan sebuah upaya untuk menjaga keselamatan jamaah haji dari potensi kepadatan di area Muzdalifah yang terbatas. Dengan skema ini, jemaah hanya melintasi Muzdalifah dan langsung menuju Mina.

Ijtihad ini tentu mencatat keberhasilan manajemen Muzdalifah yang memberikan hasil yang sangat memuaskan. Kekhawatiran akan kondisi penuh sesak di Muzdalifah yang sering kali terjadi pada tahun-tahun sebelumnya berhasil diatasi dengan baik.

Ketiga, petugas haji. Salah satu hal yang lainnya yang patut diapresiasi dalam berhasilan penyelenggaraan ibadah haji tahun 2024 tidak lepas dari sinergi yang kuat antar berbagai pihak, terutama bagi petugas yang berjibaku di lapangan.

Rekrutmen petugas yang berintegritas dan memiliki komitmen tinggi dalam melayani jemaah kapanpun dan dalam kondisi apapun menjadi faktor krusial. Proses rekrutmen harus dimulai sejak hari pertama seleksi dengan ketat, memastikan hanya mereka yang benar-benar memenuhi standar yang ditetapkan yang dapat bergabung.

Hal ini termasuk mempertimbangkan petugas tambahan yang dibutuhkan untuk menjawab berbagai situasi darurat atau kebutuhan mendesak yang mungkin muncul selama penyelenggaraan haji.

Mengupas petugas haji berdasarkan pengalaman penulis tahun 2023 sungguh memberatkan dengan kewajiban yang harus dipikul namun karena nawaitu pekerjaan itu menjadi mudah. Terlebih Kemenag merekrut petugas haji dari kalangan anak-anak muda (petugas haji) yang membersihkan toilet jamaah lansia, membopong mereka, mengantarkan makanan dan minuman, beralih profesi sebagai petugas perbaikan alat pendingin dadakan dan hal-hal lain, semacamnya.

Baca juga:  DPP Papera Kunjungi Pasar Grand Garden, Bahas Solusi Masalah Pedagang

Tentunya para jamaah haji dengan keberhasilan petugas haji mengapresiasinya dengan beragam bentuk. Diantaranya ada yang diberi gelar baru, yakni anak angkat sebagai pengganti anak atau cucu para jamaah di Tanah Suci. Detail-detail semacam itu memang jarang terpublikasi di media, kecuali seseorang menyaksikannya secara langsung.

Pun demikian halnya dengan pengalaman yang pernah penulis rasakan ketika bertindak sebagai petugas haji tahun lalu. Beragam problematika p yang ditemui di lapangan dapat diselesaikan dengan baik oleh para petugas haji. Dengan mengabdi dan memberikan pelayanan terbaik bagi para tamu Allah ini, para petugas haji menjadi faktor keberhasilan penyelenggaraan haji dapat berjalan dengan baik di tahun ini.

Beberapa indikator tersebut tentunya menjadi indikator keberhasilan ibadah haji tahun ini. Disamping itu dalam pelaksanaan ibadah haji, Kementrian Agama dan unsurnya dalam pelaksanaan haji juga sebagai manusia biasa tidak luput dari kekurangan dan kesilapan.

Terkait hal ini, penulis dan siapapun harus melihat penyelenggaraan haji di tahun 2024 secara objektif bahwa masih terdapat kekurangan itu pasti. Bahkan, tidak dicari pun, yang namanya kekurangan bisa saja terlihat. Kemenag tentu harus menerima berbagai saran dan kritik secara terbuka demi kebaikan dan perbaikan kedepannya kearah yang lebih baik.

Semua kritik dan saran tentu akan diterima oleh Kemenag sebagai masukan, pembelajaran dan evaluasi. Dengan atau tanpa kritik, setiap tahun Kemenag memang selalu berupaya untuk melakukan telaah dan menginventarisir detail-detail terkecil untuk perbaikan dan peningkatan penyelenggaraan haji kedepannya.

Tetapi satu hal yang harus diakui oleh semua pihak dengan mata terbuka bahwa Kemenag beserta panitia dan petugas haji di lapangan sudah melakukan dan merencanakan segala sesuatu terkait pelayanan haji secara maksimal.

Gus Men dalam suatu kesempatan di tanah suci mengungkapkan bahwa Kementerian Agama RI tetap mengupayakan kuota tambahan untuk jemaah haji Indonesia dengan tetap mempertimbangkan kenyamanan dan keselamatan jemaah haji.

Berabjak dari paparan di atas, berbagai faktor keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji tahun ini menjadi benchmark proses pelaksanaan haji tahun-tahun mendatang. Di sisi lain, catatan evaluatif harus dibaca sebagai ikhtiar untuk perbaikan penyelenggaraan ibadah haji di waktu akan mendatang di bawah nakhoda Gus Men. Benarkah? Semoga..

Penulis

H. Azwar A Gani, Ketua PW Ansor Aceh

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Jasa Pembuatan Website Aceh

Sukseskan bisnis anda dengan website yang menarik dan berkualitas.

Terbaru ⟶

Baca juga