HABAKITA – Masyarakat adat Bonokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, menyatakan dukungannya kepada Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Tengah, Sudaryono, untuk maju sebagai calon gubernur Jawa Tengah 2024.
Mereka percaya bahwa Sudaryono akan berkomitmen penuh dalam melestarikan dan menjaga adat istiadat masyarakat Bonokeling jika terpilih.
“Masyarakat adat Bonokeling siap mendukung Mas Dar (sapaan akrab Sudaryono) sebagai Gubernur Jateng pada Pilgub 2024,” kata Ketua Umum DPP Tani Merdeka, Don Muzakir, yang hadir dalam agenda deklarasi di Banyumas pada Kamis, 27 Juni 2024.
Deklarasi dukungan ini digelar di Desa Pekuncen. Mbah Mitro (66 tahun), tetua Adat Bonokeling, menegaskan bahwa masyarakat adat siap memperjuangkan Sudaryono hingga terpilih sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Don Muzakir juga menyampaikan terima kasih atas dukungan warga Bonokeling kepada Sudaryono.
“Saya mewakili Mas Dar mengucapkan terima kasih kepada tokoh dan masyarakat Bonokeling yang telah mendukung perjuangan kami untuk mewujudkan Jateng maju dan mapan. Mas Dar berkomitmen melestarikan dan menjaga adat istiadat di Jateng,” tegas Don Muzakir.
Masyarakat adat Bonokeling adalah keturunan dari Kiai Bonokeling, seorang Patih Kerajaan Pasirluhur yang kemudian menetap di Desa Pekuncen. Di sana, Kiai Bonokeling menyebarkan ajaran Islam dan mengajarkan cara bercocok tanam serta beternak kepada warga setempat. Ajaran dan tradisi Kiai Bonokeling masih dilestarikan oleh keturunannya hingga kini.
Don Muzakir mengakui bahwa masyarakat adat Bonokeling memiliki karakteristik yang unik.
“Masyarakat Bonokeling adalah masyarakat adat Jawa kuno yang telah menjalankan tradisi selama hampir 700 tahun, menggabungkan tradisi adat dan nilai-nilai Islam,” jelas Don Muzakir.
Aris Munandar, Ketua Pekatik’e Mas Dar, menambahkan bahwa Desa Pekuncen memiliki peran strategis dalam perkembangan masyarakat adat Bonokeling di Banyumas. Menurutnya, desa ini adalah simpul utama yang menghubungkan keluarga besar Bonokeling yang tersebar di sekitar Banyumas.
“Mereka hidup dengan guyub rukun tanpa campur tangan pemerintah, memegang tradisi kuno yang mencerminkan berbagai segmen masyarakat saat ini,” tegas Aris Munandar.
Ia juga menyoroti bahwa tradisi masyarakat Bonokeling mengakui kesetaraan gender, di mana perempuan dan laki-laki memiliki peran sejajar dalam merawat ekosistem dan menjaga ekologi alam.
“Di Bonokeling, menebang pohon tanpa sepengetahuan tetua adat dilarang, bisa kualat,” tambahnya.[]